PELALAWAN, beritaindonesia24jam.com - Upaya menekan konflik manusia dan gajah di Riau kini memasuki tahap baru. BBKSDA Riau resmi memasang GPS Collar pada seekor gajah liar betina berusia sekitar 40 tahun di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Kabupaten Pelalawan.
Gajah tersebut bukan individu biasa. Ia merupakan pemimpin kelompok (matriark) dengan berat mencapai 3,3 ton, yang selama ini menjadi acuan bagi pergerakan belasan individu lainnya di kawasan itu.
Menurut Kepala BBKSDA Riau, Supartono, pemasangan dilakukan dengan alasan strategis.
“Memasang alat pada gajah dominan memberi kami data pergerakan seluruh kelompok. Ini penting untuk mengidentifikasi potensi konflik sejak dini,” ungkapnya.
Perangkat GPS ini bekerja dengan mengirimkan sinyal lokasi secara berkala, memungkinkan tim lapangan mengetahui pola jelajah, jarak tempuh, dan interaksi gajah dengan wilayah permukiman atau perkebunan.
Operasi ini juga melibatkan Balai TNTN, Yayasan TNTN, dan Pusat Latihan Gajah (PLG) Minas. Dua ekor gajah jinak diterjunkan untuk membantu proses pelacakan dan pemasangan alat.
“Kami memastikan prosesnya aman, baik bagi petugas maupun satwa. Data yang dikumpulkan akan memperkuat basis informasi konservasi kami,” jelas Supartono.
Saat ini, populasi gajah liar di kantong Tesso Tenggara diperkirakan sekitar 30 individu. Dengan teknologi GPS Collar, BBKSDA berharap sistem mitigasi berbasis data dapat menggantikan cara reaktif konvensional yang selama ini digunakan.
Langkah ini menjadi preseden penting di tengah meningkatnya tekanan terhadap habitat gajah Sumatera akibat ekspansi lahan dan aktivitas manusia.
“Konservasi bukan sekadar penyelamatan satwa, tapi menjaga keseimbangan hidup antara manusia dan alam,” tutup Supartono dengan nada optimistis.