Deputi Bidang Koordinasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat dan Perlindungan Pekerja Migran Kemenko Pemberdayaan Masyarakat, Leontinus Alpha Edison, mengatakan Jepang telah memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja asing mencapai 400.000 hingga 800.000 pekerja. “Mereka sudah memproyeksikan kebutuhan ratusan ribu pekerja. Saya berdiskusi tadi malam, dalam lima tahun ke depan bisa mencapai 400.000, bahkan hingga 800.000 pekerja,” ujar Leontinus di Malang, Jumat (8/8/2025).
Menurut Leontinus, minat Jepang terhadap PMI didorong oleh citra positif Warga Negara Indonesia (WNI) yang telah terbangun. “Pemerintah Jepang sangat ingin mengundang PMI karena kita sudah memberikan kesan positif. Kerja sama antarpemerintah (G2G) pasti akan berjalan,” katanya.
Leontinus menambahkan, nota kesepahaman (MoC) antara Indonesia dan Jepang yang akan berakhir pada 2026 telah mulai dibahas untuk diperpanjang sejak tahun ini. “Saya sudah berbicara dengan Sekretaris Kedubes Jepang di Jakarta. Kerja sama G2G ini sangat penting, termasuk soal mutual recognition,” ungkapnya.
Untuk memanfaatkan peluang ini, pemerintah Indonesia akan mempersiapkan PMI melalui penjaringan calon pekerja, pelatihan bahasa Jepang, orientasi budaya kerja, hingga pelatihan keahlian spesifik sesuai kebutuhan pasar Jepang. Pemerintah juga akan memfasilitasi pembiayaan keberangkatan. “Setelah persiapan keahlian dan bahasa selesai, pembiayaan sudah disiapkan, dan kami akan memberangkatkan mereka,” tegas Leontinus.
Pemerintah optimistis peluang ini dapat meningkatkan kesejahteraan PMI sekaligus memperkuat hubungan bilateral Indonesia-Jepang di bidang ketenagakerjaan.