Jakarta- beritaindonesia24jam.com -, Sekretaris Jenderal Ormas Brigade Nusantara ( BRINUS) menilai langkah Presiden Prabowo mengangkat tokoh-tokoh lintas zaman dan latar perjuangan sebagai pahlawan nasional ini merefleksikan cara baru bangsa menghormati sejarahnya secara utuh serta sebagai wujud kedewasaan bangsa.
"Brinus sangat mengapresiasi Langkah Presiden Prabowo Subianto memberikan gelar pahlawan nasional tahun ini punya makna mendalam, yakni negara mengakui bahwa kepahlawanan lahir dalam banyak bentuk. Dari stabilitas dan pembangunan, perjuangan untuk kebebasan, hingga keberanian menegakkan keadilan sosial,” ujar Pria yang akrab dipanggil Gus Ebo di Jakarta, Senin.
Presiden RI Prabowo Subianto menganugerahkan Gelar Pahlawan Nasional kepada 10 tokoh bangsa dari berbagai latar perjuangan, mulai dari pemimpin negara, ulama, diplomat, hingga aktivis buruh perempuan.
Penganugerahan ini ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 116/TK/Tahun 2025, yang menegaskan penghargaan negara terhadap sosok-sosok yang berjasa dalam menjaga kedaulatan, persatuan, dan kemanusiaan bangsa.
Sepuluh tokoh penerima gelar tahun ini antara lain K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Jenderal Besar TNI H.M. Soeharto, Marsinah, Prof. Mochtar Kusumaatmadja, Hajjah Rahmah El Yunusiyyah, Jenderal (Purn) Sarwo Edhie Wibowo, Sultan Muhammad Salahuddin, Syaikhona Muhammad Kholil, Tuan Rondahaim Saragih, dan Zainal Abidin Syah.
Tiga nama yang paling menyedot perhatian publik tahun ini adalah Soeharto, Gus Dur, dan Marsinah. Tiga figur dari zaman dan perjuangan berbeda, namun kini disatukan dalam satu gelar pahlawan nasional.
Bagi banyak pihak termasuk Brinus, penganugerahan ini menandai babak baru dalam cara Indonesia memaknai jasa dan nilai-nilai kepemimpinan.
Soeharto dikenang karena menegakkan stabilitas dan membangun fondasi ekonomi nasional. Gus Dur dihormati karena memperjuangkan kebebasan, kemanusiaan, dan pluralisme. Sementara Marsinah diabadikan sebagai simbol keberanian buruh perempuan dalam menuntut keadilan sosial.
“Ketiganya melambangkan tiga nilai utama yang saling melengkapi: keteraturan, kebebasan, dan keberanian. Bangsa ini membutuhkan keseimbangan antara ketiganya agar tetap kokoh dan maju,” kata Bendum DPN Brinus Wahyu Syakhala S.STP.MM mempertegas statement Sekjen Brinus.
Keluarga Besar Brinus menilai, dukungan publik yang tinggi menandakan adanya kerinduan terhadap nilai stabilitas, disiplin, dan efektivitas kepemimpinan.
“Di tengah ketidakpastian ekonomi global, publik mencari figur yang dulu berhasil menjaga keteraturan dan kepastian. Makna kepahlawanan Soeharto bukan glorifikasi masa lalu, tapi pengingat bahwa kemajuan ekonomi butuh stabilitas dan perencanaan jangka panjang,” kata Gus Ebo.
Pengakuan negara terhadapnya sebagai pahlawan nasional menunjukkan bahwa perjuangan keadilan tak selalu datang dari elite, tapi bisa lahir dari rakyat biasa
Menurut Bendum DPN Brinus Wahyu Syakhala S.STP.MM yang juga pengamat pemerintahan, menyimpulkan ketiga tokoh menonjol itu, yaitu Soeharto, Gus Dur, dan Marsinah, mewakili keseimbangan nilai yang dibutuhkan bangsa. Dari Soeharto tentang stabilitas dan kemandirian, dari Gus Dur tentang kebebasan dan kemanusiaan, dan dari Marsinah tentang keberanian melawan ketidakadilan.
